PRISONER’S DILEMMA (Studi Tentang Rivalitas Etnis Terhadap Perilaku Memilih Dalam Pilkada Sorong Selatan - Papua Barat)

Rivalitas etnis di wilayah Sorong Selatan (sorsel) merupakan sesuatu yang ’given’, pada vase kehidupan masyarakat yang masih bersifat ‘berburu’ perebutan sumber daya alam (natural resources) sudah terjadi. Pilkada ibarat pandorabox yang memberi kesempatan bagi tiap individu untuk saling bersaing setalah sekian lama terhimpit oleh sebuah resim kekuasaan yang didominasi oleh etnis Aitinyo, sejak kepemimpinan J.P.Wanane (1997-2007). Di saat yang bersamaan terjadi rivalitas etnis ketika calon yang muncul mewakili 5 (lima) etnis lokal di Sorsel sehingga konflik pun tak terhindari. Karena calon diharuskan menggunakan parpol sebagai kendaran berpolitik maka segenap atribut etnis kemudian mengekori kepergian para calon ke dalam parpol maka rivalitas etnis kemudian ditaransformasikan menjadi rivalitas parpol yang berujung pada konflik.
Tiap etnis saling bersaing untuk mempertahankan calon yang mewakili etnisnya sehingga pilihan kelompok adalah nyawa dari tiap individu. Namun disaat yang bersamaan sebagian individu di tiap etnis “membelot” dengan memilih calon lain di luar etnisnya. Karena yang ”membelot” dominan maka pilihannya yang keluar sebagai pemenang pilkada. Pilkada Sorsel pun berakhir dengan aman, walau sempat diperkirakan akan berakir dengan konflik bila salah satu dari etnis yang saling bertarung  keluar sebagai pemenang. Fenomena ini sejalan dengan asumsi  prisoner’s dilemma theory. Muncul pertanyaan: bagaimana di tengah rivalitas  etnis kemudian membawa perilaku pemilih ke dalam logika prisoner’s dilemma? 
Pendekatan konstruktivis, instrumentalis (Ubed, 2002), untuk melihat dinamika rivalitas antaretnis dan prisoners’ dilemma theory (von Neumann dan Morgenstern, 1944), menjelaskan tingkahlaku  voters di tengah rivalitas. Penelitian ini memadukan metode kulitatif dan kuantitatif (mixing methods) Julia Brannen (2005), dengan pendekatan  case stduy. Pengumpulan data dilakukan dengan mengacu pada dua jenis data, wawancara dan pengolahan hasil perolehan suara di taip etnis (primer dan sekunder). Dari hasil riset: ternyata keputusan kelompok yang merupakan nyawa dari tiap individu tidak eksis menjelang pemilihan. Sebagian voters kemudian ”berkhianat” terhadap kelompoknya dengan memilih calon lain.  
Dari temuan tersebut maka disimpulkan:  pertama, dikatakan sejalan dengan logika prisoner’s dilemma karena ada sebagian voters di masing-masing etnis yang ”berkhianat” dengan memilih  calon lain. Ini sekaligus menjelaskan bahwa primodial etnis di Sorsel yang terkenal sangat kental mulai menghilang sehingga keputusan kelompok yang merupakan nyawa dari tiap individu tidak lagi sejalan.  Kedua, meskipun dikatakan sebagai  ”penghianat” namun dengan memilih calon lain maka ”mereka”  telah mengambil pilihan rasional (rational choice) dengan meminimalisir konflik etnis yang bakal terjadi bila salah satu dari etnis yang saling bertarung keluar sebagai pemenang.  
Kata kunci: rivalitas etnis, perilaku memilih, prisoner’s dilemma.